Kamis, 26 Januari 2017

" KEPERAWATAN ITU LUAS, NAK... "




Ujian...

Belakangan ini profesi keperawatan diuji lagi. Perbuatan seseorang yang tidak menghargai profesi keperawatan, terjadi lagi. Disaat keperawatan sedang menyelesaikan banyak PR untuk memajukan profesinya, ada lagi PR tambahan untuk menghadapi pihak-pihak yang tidak menghargai profesi keperawatan.

Nasihat guru, keperawatan itu luas...

Saya jadi teringat nasihat ayahanda dan ibunda guru, dulu sewaktu di Fakultas Keperawatan. " Keperawatan itu luas, Nak. Bukan hanya di rumah sakit. Keperawatan itu seluas hidup manusia dan sepanjang rentang kehidupan. Kalian kembangkanlah sektor-sektor keperawatan yang lain, jangan hanya yang di dalam rumah sakit. Kalian kembangkan daycare-daycare, panti-panti jompo, home care, praktik mandiri keperawatan, dan lain-lain. Masih banyak area keperawatan yang belum tergarap dengan baik. "

Nasib " pulau-pulau terluar "

Menurut saya, nasibnya seperti pulau-pulau terluar Indonesia. Tidak terurus karena perhatian hanya berfokus di pusat, akhirnya diincar dan dicaplok negara lain. Sama dengan area garapan keperawatan yang diluar rumah sakit, saat ini yang mengembangkannya justru bukan perawat, karena perawat lebih banyak yang berfokus di rumah sakit dan pendidikan. Padahal area garapan di luar rumah sakit adalah potensi besar untuk membuktikan kalau perawat adalah sebuah profesi yang mandiri, yang dapat terasa manfaat dan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat.

Perawat yang handal di klinis banyak, tetapi...

Seorang ibunda guru tercinta juga pernah berkata, " Elvira, perawat yang handal di klinis (rumah sakit) itu banyak. Banyak sekali. Tetapi perawat yang mengabdi di pemerintahan, berpengaruh untuk mengambil kebijakan, yang bisa membela dan memperjuangkan nasib sejawat keperawatan lainnya, masih jarang. Begitu juga perawat-perawat yang mau menulis, mewartakan profesi dan kiprahnya di masyarakat, menuliskan jurnal-jurnal hasil penelitian keperawatan, menulis buku-buku keperawatan, walaupun ada yang sudah melakukannya, tetapi tidak banyak."

Memperkuat keperawatan di setiap sisinya

Sekarang baru saya paham, apa makna dari nasihat ayahanda dan ibunda guru dahulu. Keperawatan terlalu kompleks untuk dijalani hanya dari satu sisi. Keperawatan Indonesia harus kuat di berbagai lini. Sisi pendidikan, pelayanan klinis/rumah sakit, praktik mandiri, home care, bisnis-bisnis berbasis keperawatan, hukum, politik, kepenulisan, dan seterusnya, haruslah kuat dan terasa manfaatnya bagi masyarakat. Sehingga kalau sudah kuat posisinya dan terasa manfaatnya di tengah-tengah masyarakat, mungkin orang akan berpikir ulang sebelum melecehkan profesi keperawatan.

Tulisan ini bukan bermaksud untuk mengesampingkan peran rekan-rekan sejawat yang mengabdi di sektor pelayanan klinis atau pendidikan yang memang masih menjadi pilihan pengabdian mayoritas perawat dan yang memang sangat-sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Bukan sama sekali. Karena aspek karatif dan pendidikan adalah aspek yang sangat-sangat penting dalam praktik keperawatan.

Namun saya juga ingin mengingatkan kembali kepada rekan-rekan sejawat, bahwa kita masih punya potongan-potongan lain yang juga tidak kalah penting, yaitu aspek promotif, preventif, dan rehabilitatif, yang juga bagian dari tubuh keperawatan yang sering tidak terjamah. Belum lagi yang berjuang di jalur kebijakan untuk mengadvokasi insan keperawatan, juga tidak kalah penting.

Bisnis keperawatan

Ada juga seorang ayahanda guru yang selalu menyemangati kami untuk mengembangkan bisnis keperawatan atau lebih dikenal dengan nursepreneurship. Saya sangat sependapat. Kita sepakat bahwa perawat wajib hukumnya untuk sejahtera. Perawat untuk mengembangkan profesinya perlu fasilitas. Mereka perlu sekolah lagi, kursus, pelatihan, seminar, membeli komputer, jaringan internet, membeli makanan sehat, membayar sarana oleh raga, refreshing, dan seterusnya.

Role model yang tidak ideal

Mereka adalah role model tentang kesehatan bagi masyarakat. Betapa tidak lucunya jika perawat menyarankan masyarakat untuk makan makanan sehat yang banyak serat, sementara perawatnya sendiri hanya makan seadanya karena tidak mampu membeli buah dan sayur dalam jumlah yang cukup bagi diri dan keluarganya. Betapa tidak serunya ketika perawat menyarankan untuk mengakses info-info kesehatan dari mana saja kepada ibu-ibu, sementara perawatnya sendiri tidak mampu membeli majalah, buku, atau bahkan pulsa untuk kuota internet. Miris.

Menjadi perawat itu memang harus sejahtera kawan, agar bisa menyejahterakan orang lain. Tentu saja kesejahteraan ini JANGAN DIDAPAT DARI UANG PASIEN YANG SAKIT. Masih banyak peluang bisnis keperawatan lain yang bersifat netral dan tidak menambah penderitaan orang lain yang tengah diuji dengan sakit.

Renungan bersama

Mudah-mudahan bisa menjadi renungan para sejawat yang berminat untuk berkiprah diluar kampus dan rumah sakit. Dan semoga bisa menjadi penyemangat bagi para sejawat yang mengabdi di pelayanan rumah sakit dan pendidikan, karena sejawat yang lain akan mem-back up kalian dari berbagai lini. Untuk menjadi satu tubuh keperawatan Indonesia yang kuat.

Entah kapan ini bisa terwujud...

Teriring doa untuk ayahanda dan ibunda guru nun jauh disana. Semoga ayahanda dan ibunda guru selalu dalam keadaan sehat walafiat dan dirahmati Allah. Amin.



- Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku -

MITOS-MITOS TENTANG MENJADI SEORANG IBU






Hallo sobat blogger! 

Sewaktu hamil, melahirkan, dan menyusui kemarin, seperti ibu-ibu lainnya, saya pun ekstra hati-hati menjaga kesehatan. Maklumlah, pengalaman pertama. Tapi meskipun saya sangat menjaga kesehatan, bukan berarti saya hidup dalam kondisi serba takut lho yaaa... Kesehatan memang harus dijaga, namun tidak perlu bersikap berlebihan juga. 

Mitos Oh Mitos...

Sebagai orang timur yang sangat sarat dengan kearifan lokal, merupakan hal biasa jika kita hidup ditengah aturan, tabu, pantangan, dan mitos-mitos yang membatasi kita untuk berbuat sesuatu. Mungkin pada zaman dahulu, segala aturan yang dibuat itu bermaksud untuk kebaikan diri kita dan lingkungan. Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, mitos-mitos yang berlaku harus mampu kita cari sisi rasionalnya. Jika terbukti ada sisi rasionalnya, maka boleh kita patuhi. Tetapi jika tidak ada sisi rasionalnya, maka tidak wajib untuk kita patuhi. Apalagi untuk mitos-mitos yang malah akan membahayakan, sebaiknya ditinggalkan.

Selama saya hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui kemarin, juga banyak mitos-mitos yang disampaikan kepada saya. Baik itu disampaikan oleh orang tua, keluarga, teman-teman, maupun para tetangga. Cara penyampaian mitos itu pun beragam. Ada yang disampaikan baik-baik secara pribadi dan tanpa memaksa, ada juga yang disampaikan di tengah kerumunan banyak orang dengan cara yang agak frontal. Tentu dalam menyikapi ini semua kita harus bijak, agar maksud baik orang yang menyampaikan mitos tidak terlukai dengan penolakan kita, seandainya kita tidak setuju.

Ada beberapa mitos seputar kehamilan, melahirkan, dan menyusui yang berhasil saya ingat-ingat dan saya rangkum untuk dibagikan kepada sobat blogger sekalian. Siapa tahu sobat juga menghadapi mitos yang serupa dan mungkin masih bingung dengan rasionalnya. Berikut ini adalah mitos-mitos yang ada di sekeliling saya.

MASA-MASA HAMIL 


#1. Membawa benda tajam



Mitos: ibu hamil harus membawa benda tajam seperti gunting kuku, gunting kecil, atau pisau lipat kecil yang disematkan dalam pakaian, untuk mencegah gangguan makhluk halus pada ibu dan si jabang bayi.

Rasional: Menurut saya, benda-benda tajam tersebut justru membahayakan keselamatan ibu hamil dan janin. Bagaimana kalau seandainya terjadi kecelakaan? Tentu benda-benda itu sangat berisiko melukai ibu hamil dan janinnya.

Cerita saya: Untuk menghindari gangguan makhluk halus, saya pribadi lebih memilih untuk berdoa meminta perlindungan Allah dan menghindari tempat-tempat tertentu yang memiliki energi negatif. Bagaimana saya bisa tahu bahwa tempat tersebut memiliki energi positif atau negatif? Saya hanya mengandalkan intuisi. Kalau perasaan saya nyaman, tenang, atau gembira berada disana, berarti energinya positif, contoh: masjid, toko buku, mall, rumah, sekolah, dll. Tetapi kalau perasaan saya tidak nyaman, cemas, ketakutan, merinding, saat berada disana, berarti energinya negatif, contoh: area pemakaman yang gelap di malam hari, jalanan yang gelap dengan kanan-kiri semak belukar, dan lain-lain. Simpel. Jadi pas hamil kemarin saya tidak memakai ornamen benda tajam seperti yang disarankan. 

#2. Memakai bangle



Mitos: ibu hamil harus memakai bangle yang disematkan pada pakaian dalam, agar terhindar dari gangguan makhluk halus.

Rasional: saya pribadi tidak berhasil menemukan alasan yang rasional antara bangle dengan kemampuannya untuk menolak makhluk halus. 

Cerita saya: sama seperti mitos sebelumnya, saya lebih memilih berdoa meminta perlindungan Allah SWT untuk menjaga saya dan si jabang bayi. Saya pribadi tidak memakai bangle. Saya lebih memprioritaskan efisiensi dan kesederhanaan. Maksudnya tidak usah memakai atribut yang tidak diperlukan dan mencegah ribet. Alhamdulillah anak saya terlahir sehat walafiat dan ibunya juga sehat.

#3. Mengucap amit-amit sambil mengusap-usap perut



Mitos: setiap kali ibu hamil melihat atau mendengar sesuatu yang negatif dan tidak ingin hal tersebut terjadi pada diri maupun bayinya, ibu hamil dianjurkan untuk mengatakan amit-amit sambil mengusap-usap perutnya.

Rasional: Mungkin ini doa dan harapan seorang ibu, agar anaknya terhindar dari segala sesuatu yang buruk. Doa dan harapan agar anak terlahir sehat dan selamat. Sehingga untuk menghindari keburukan yang terjadi, sang ibu mengucapkan amit-amit. Soal mengusap-usap perut, sebenarnya sangat baik dilakukan, karena bisa menjadi salah satu cara berkomunikasi dengan janin.  

Cerita saya: saya pribadi lebih memilih jalur relijius untuk hal ini, seperti berdoa, istighfar,  dan bertasbih kepada Allah untuk menenangkan hati dan memohon hal yang baik bagi diri saya dan si jabang bayi.


#4. Minum air es



Mitos: ibu hamil yang selalu minum air es maka bayinya akan besar.


Rasional: bayi besar lebih banyak disebabkan oleh jumlah gula yang dikonsumsi ibu selama hamil. Minuman manis, camilan manis, camilan berbahan dasar tepung-tepungan memberi kontribusi besar pada kenaikan berat badan ibu dan janin selama kehamilan.


Cerita saya: walaupun air es tidak secara langsung menaikkan berat badan ibu dan janin, namun sebaiknya konsumsinya tetap dibatasi. Karena suhu air es bukanlah suhu yang pas dengan suhu tubuh manusia. Suhu yang dingin di dalam tubuh akan membuat kerja beberapa enzim dan organ yang membutuhkan suhu hangat, menjadi tidak optimal. Jadi sebaiknya ibu hamil tetap mengonsumsi air hangat atau air biasa untuk minum.


#5. Piring besar vs piring kecil




Mitos: beberapa daerah menganjurkan agar ibu hamil makan dalam piring yang kecil agar plasenta bayi berukuran kecil, sehingga mudah untuk melahirkannya. Beberapa daerah lain justru sebaliknya, menganjurkan agar ibu hamil makan dalam piring yang besar agar plasenta bayi berukuran besar, sehingga dapat menghindari kejadian plasenta yang tertinggal di dalam karena berukuran kecil.


Rasional: sebenarnya jumlah porsi dan jenis makanan bergizi yang dikonsumsi ibu hamil jauh lebih penting dari pada ukuran piringnya. Ibu hamil dianjurkan makan 10-25 persen lebih banyak dan lebih sehat dari pada sebelum hamil. 


Cerita saya: saya tidak terlalu mempermasahkan ukuran piring yang saya gunakan. Saya lebih berfokus pada jumlah makanan dan jenis makanan yang saya konsumsi. Pastikan ibu hamil mengonsumsi karbohidrat, buah, sayur, protein nabati, dan protein hewani dalam jumlah yang mencukupi dan jenisnya bervariasi. Susu adalah pilihan, boleh dikonsumsi boleh tidak. Jika ibu hamil telah makan dengan jumlah dan jenis yang baik, maka susu bukanlah keharusan. Lagi pula tidak semua ibu hamil suka minum susu. Untuk sumber kalsium selain susu, ibu hamil bisa mendapatkannya dari sumber lain seperti keju dan ikan teri.


#6. Membenci atau menyukai seseorang



Mitos: jika ibu hamil sangat membenci atau menyukai seseorang, maka anak yang dikandungnya akan mirip dengan orang yang dibenci atau disukai tersebut.

Rasional: Kemiripan seorang anak dengan seseorang, dapat dijelaskan dengan ilmu genetika. Mustahil kalau anak kandung tidak mirip ayah atau ibunya sama sekali, dan malah mirip dengan orang lain. Secara genetik tidak ada hubungannya. Lain halnya jika orang yang mirip itu masih ada hubungan darah, walaupun jauh, masih mungkin untuk mirip. Jadi pada dasarnya, anak kita ya pasti mirip kita, atau paling jauh mirip kakek, nenek, paman, bibi, atau sepupunya yang masih ada hubungan darah.

Cerita saya: Saya tetap mengambil nilai positifnya. Membenci orang, walau bagaimanapun, bukanlah hal yang baik. Jadi hal ini memotivasi saya untuk lebih menyayangi, menghargai, dan menerima orang-orang di sekeliling saya tanpa perasaan negatif. Hal ini juga sambil mengajarkan hal yang sama kepada si buah hati di dalam kandungan, yaitu belajar menyayangi sesama.

#7. Urut hamil




Mitos: memasuki usia kehamilan 7 bulan, ibu hamil sebaiknya diurut perutnya untuk membantu janin berada di posisi yang " seharusnya ", menjelang persalinan.

Rasional: Janin memiliki cara alamiah untuk memosisikan dirinya sendiri di depan jalan lahir ketika mendekati waktu persalinan. Kalaupun bayi sungsang, manuver yang dilakukan bukanlah manuver langsung dari pijatan, melainkan dengan latihan ibu dengan posisi tertentu yang bisa mengubah posisi janin perlahan-lahan. Itulah pentingnya pemeriksaan kehamilan, agar dapat mendeteksi dan mengantisipasi segala sesuatunya dari jauh-jauh hari sehingga penyelesaian masalah tidak dilakukan secara instan.


Cerita saya: saya tidak melakukan urut hamil ini karena merasa tidak membutuhkannya. Apalagi sebelumnya saya pernah keguguran, jadi saya tidak berani memberi manipulasi macam-macam pada perut saya. Saya yakin saja bahwa janin saya pasti berada di posisi yang normal dan seharusnya. Saya pun sudah melakukan serangkaian latihan untuk persiapan persalinan. Jadi saya merasa upaya saya sudah maksimal untuk memosisikan janin tanpa perlu diurut.


#8. Minum minyak




Mitos: ibu hamil dianjurkan minum minyak kelapa murni untuk " melicinkan " jalan lahir sehingga mudah untuk melahirkan.

Rasional: proses persalinan adalah proses alamiah yang segalanya sudah diatur oleh sang pencipta. Termasuk hal yang membuat persalinan tersebut mudah. Lendir persalinan tersedia dengan cukup pada saat proses itu dimulai. Sehingga tidak diperlukan meminum minyak sebagai pelicin jalan lahir.



Cerita saya: saya tidak meminum minyak kelapa, hanya minum air putih, susu, dan jus buah-buahan untuk menjaga kesehatan ibu dan janin. Saya juga melakukan serangkaian persiapan persalinan agar persalinan mudah dan cepat. Alhamdulillah persalinan saya cepat dan mudah.

MASA-MASA MELAHIRKAN


#9. Mengatupkan gigi saat mengejan



Mitos: Saat mengejan untuk melahirkan, sebaiknya gigi atas dan bawah dirapatkan, agar gigi tidak memanjang setelah melahirkan, sehingga nantinya harus dipotong.

Rasional: Saya belum menemukan hubungan antara gigi terbuka saat mengejan dengan pertumbuhan gigi yang memanjang. Yang saya pahami adalah, mengejan dengan gigi terkatup, akan memberikan dorongan yang lebih kuat saat melahirkan. Dibandingkan jika mengejan dengan gigi terbuka apalagi sambil berteriak. Energi ibu justru habis untuk berteriak.

Cerita saya: Pada saat saya melahirkan, saya berusaha untuk mengejan dengan mengatupkan gigi. Namun ada kalanya saat saya tidak terkontrol, saya pun mengejan sambil bersuara juga. Tetapi yang jelas gigi saya tidak memanjang setelah melahirkan ya, sobat blogger.


MASA-MASA NIFAS


#10. Kaki lurus



Mitos: ibu yang habis melahirkan dilarang menekuk lutut, karena akan menyebabkan varises.


Rasional: posisi tubuh yang stagnan atau tidak berubah-ubah, justru kurang baik untuk kelancaran peredaran darah dan kelenturan sendi serta otot. Ibu nifas tentu diperbolehkan mengubah-ubah posisi istirahatnya, sesuai dengan kenyamanannya, asalkan tidak ekstrim tentunya. Contoh gerakan ekstrim adalah tidur dengan posisi janin atau merungkal. Jadi sekedar menekuk kaki beberapa saat untuk menghilangkan pegal diperbolehkan.


Cerita saya: Waduh... yang namanya habis melahirkan itu pegalnya bukan main! Posisi yang paling enak, ya... berbaring sambil mengubah-ubah posisi kaki sesuai dengan kenyamanan saya. Asalkan tidak ekstrim, atau bukan posisi janin (tidur merungkal), saya kira aman-aman saja. Bertahan dengan satu posisi justru akan membuat otot menjadi kaku dan terasa tidak nyaman.


#11. Jangan banyak bergerak



Mitos: ibu nifas jangan banyak bergerak. Banyak beristirahat saja di tempat tidur, agar lekas pulih. 

Rasional: ibu nifas, baik yang melahirkan secara normal maupun caesar, justru dianjurkan untuk mobilisasi dini. Artinya, ibu nifas dianjurkan untuk melakukan pergerakan secara bertahap, untuk memperlancar peredaran darahnya, dan mempercepat pemulihan pasca persalinan. Kondisi imobilisasi atau tidak bergerak justru akan memperlambat pemulihan.


Cerita saya: saya termasuk yang giat mendukung mobilisasi dini pasca persalinan. Alasannya apalagi kalau bukan ingin segera pulih dan bisa mengurus bayi saya sendiri. Pengalaman saya kemarin melahirkan normal, 18 jam setelah melahirkan saya sudah pulang ke rumah. Tentu saja atas izin dan penilaian dari tenaga kesehatan, bukan hanya berdasarkan kemauan saya sendiri. Kemudian hari ke-2 pasca persalinan, saya mulai mengurus dan memandikan bayi saya sendiri. Jadi hanya sekali anak saya dimandikan oleh orang lain, yaitu saat di rumah bersalin. Selebihnya, saya yang merawatnya. Alhamdulillah, hari ke-7 saya sudah bisa pergi ke pasar dan memasak meski belum sepenuhnya pulih. Hal ini karena ibu kandung saya baru selesai dirawat di RS karena serangan jantung dan tidak ada yang bisa merawatnya di rumah selain saya. Dan hari ke-45 saya sudah aktif bekerja kembali. 


#12. Jangan makan ayam




Mitos: setelah melahirkan tidak boleh makan daging ayam, nanti luka perineum akan gatal dan lama sembuhnya.

Rasional: untuk mempercepat penyembuhan luka, ibu nifas membutuhkan asupan protein tinggi. Sumber protein tinggi bisa didapat dari daging ayam, daging sapi, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan. Justru makanan-makanan ini dianjurkan untuk dikonsumsi. Kecuali jika ibu memiliki alergi dengan jenis makanan tertentu, contohnya daging ayam. Itu berarti rasa gatal bukan karena ibu mengonsumsi daging ayam, tetapi memang ibu alergi atau sensitif dengan protein dari daging ayam.



Cerita saya: saya tidak memantang makanan apa pun saat nifas. Kebiasaan makan yang baik saat hamil masih saya lanjutkan untuk persiapan menyusui. 

#13. Minum jamu




Mitos: ibu yang habis melahirkan dianjurkan untuk meminum jamu, agar organ-organ kewanitaan kembali pulih ke kondisi semula.


Rasional: secara alamiah, 6 minggu pasca persalinan, atau biasa disebut masa puerperium atau masa nifas, organ-organ reproduksi telah kembali ke kondisi semula dan tubuh ibu pun telah pulih seperti sedia kala. Jamu mungkin memiliki khasiat yang baik, namun bukan suatu keharusan untuk dikonsumsi. Prinsipnya, ibu nifas hanya dianjurkan mengonsumsi makanan dan minuman yang baik, sehat, dan seimbang gizinya. Hal ini berguna untuk mempercepat pemulihan fisik pasca persalinan dan untuk mempersiapkan produksi ASI.


Cerita saya: pada dasarnya saya bukan penyuka jamu-jamuan dan tidak menyukai hal yang ribet. Jadi membayangkan ada sekotak besar jamu dengan panduan menyeduh tertentu yang harus dijalani selama 40 hari, saya merasa repot sendiri. Hehehe... Jadi saya pribadi lebih memilih minuman susu dan jus buah yang lebih praktis.


#14. Urut nifas





Mitos: ibu nifas dianjurkan untuk diurut keseluruhan tubuh untuk menyegarkan badan dan mengembalikan organ-organ kewanitaan ke kondisi semula.

Rasional: organ-organ reproduksi akan kembali secara alamiah ke kondisi semula dalam waktu 6 minggu pasca persalinan, sehingga pijat tidak dibutuhkan untuk proses tersebut. Namun, pijat sangat bermanfaat untuk relaksasi otot dan pikiran. Sehingga pijat di seluruh tubuh, kecuali bagian organ-organ reproduksi yang kondisinya masih rentan, silakan saja dilakukan untuk kenyamanan ibu.



Cerita saya: saya pribadi sebetulnya tidak pernah pijat seluruh tubuh, karena tidak tahan geli. Namun karena ibu saya terus memaksa, ya sudahlah, saya turuti saja, asalkan bukan di perut, payudara, dan area perineum dan sekitarnya. Jadi hanya di bagian yang umum saja, seperti tangan, kaki, punggung, dan kepala. Hasilnya lumayan, nyaman dan rileks.

#15. Gurita dan stagen






Mitos: ibu nifas harus memakai gurita dan stagen (kain panjang yang dililitkan di sekeliling perut), agar perut nanti tidak gendut dan mengggelambir.

Rasional: pada dasarnya, organ tubuh akan kembali ke bentuk semula, dengan atau tanpa gurita dan stagen. Namun untuk kenyamanan ibu, agar perutnya tidak terasa kendor, boleh-boleh saja digunakan asal tidak terlalu kencang. Hal lain yang tidak kalah penting untuk menjaga bentuk tubuh ibu setelah melahirkan adalah olah raga dan makanan yang dikonsumsi. Jadi perut yang rata kembali bukan semata-mata didapat dari memakai gurita atau stagen.


Cerita saya: karena saya pada dasarnya tidak suka dengan yang repot-repot, jadi saya tidak memakai gurita dan stagen, walaupun ibu saya telah menyiapkannya. Paling kalau saya mau pergi keluar rumah, saya memakai pakaian dalam yang agak ketat semacam celana dalam korset agar perut lebih nyaman. Tidak sampai dua bulan saya sudah bisa memakai celana jeans saya kembali.


MASA-MASA MENYUSUI


#16. Mandi malam dan kehujanan




Mitos: ibu menyusui jangan mandi kemalaman atau kehujanan, nanti air susunya dingin dan anak bisa mencret atau sakit.

Rasional: kondisi ASI selalu prima dalam situasi apa pun. Kandungan gizinya tergantung dari jenis makanan yang ibu makan. Bahkan jika ibu menderita sakit sekalipun, asalkan bukan penyakit yang ditularkan melalui ASI, sebenarnya kondisi ASI tetap baik. Tidak peduli bagaimana suhu lingkungan, suhu ASI tetaplah hangat optimal. Mandi terlalu malam atau kehujanan memang akan lebih mudah membuat ibu yang baru saja melahirkan kedinginan, karena adanya perubahan ekstrim yang baru saja dialami, seperti pengurangan berat badan, pengeluaran darah nifas, dan adanya nyeri pada luka persalinan. Kondisi-kondisi ini membuat tubuh ibu lebih sensitif dan lebih mudah kedinginan atau menggigil jika kontak dengan suhu dingin, namun tidak mempengaruhi kondisi ASI. Tetapi pada ibu menyusui yang telah pulih dari nifas, sensitifitas seperti itu telah jauh berkurang.

Cerita saya: diawal-awal masa nifas, saya memang mudah kedinginan dan menggigil. Saya selalu mandi sore sebelum jam 5 sore untuk menghindari kedinginan dan bukan karena takut ASI menjadi dingin. Di masa menyusui setelah masa nifas selesai, kadang saya terpaksa diguyur hujan di jalan karena pulang kerja naik motor, tetapi alhamdulillah tidak ada masalah. Saya pun terbiasa mandi jam 10 malam untuk menjaga kebersihan sepulang bekerja, dan alhamdulillah tidak ada masalah. Yang jelas saya mandi di malam hari dan kehujanan itu karena kebutuhan dan kondisi darurat, bukan karena disengaja dan dijadikan kebiasaan.

#17. Pare dan pepaya muda




Mitos: ibu menyusui sebaiknya makan masakan pare dan pepaya muda agar mendapatkan ASI yang bagus, putih, dan kental.

Rasional: pare dan pepaya muda termasuk jenis sayuran yang baik bagi kesehatan, begitu juga sayur-mayur lainnya, sehingga harus dikonsumsi secara berganti-ganti agar ibu dan bayi mendapatkan zat gizi yang lengkap. ASI yang berkualitas baik tidak harus berwarna putih dan kental. ASI bisa saja berwarna agak kekuningan atau sedikit bening, terutama diawal-awal menyusui karena mengandung kolostrum. Warna ASI dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi ibu. Jadi ASI yang tidak terlalu putih atau kental, bukan berarti tidak berkualitas. Karena bagaimana pun, sampai sekarang belum ada susu formula yang bisa menandingi zat gizi yang dikandung ASI.

Cerita saya: saya makan apa pun yang baik, termasuk pare dan pepaya muda. Warna ASI saya tidak selalu putih dan kental, tetapi bervariasi, tergantung jenis makanan yang saya konsumsi.


MASA-MASA MERAWAT BAYI


#18. Mandi dulu vs jemur Dulu




Mitos: bayi harus dimandikan dulu, baru dijemur di bawah matahari pagi. Kalau dijemur dulu baru kemudian dimandikan, nanti vitaminnya hilang.

Rasional: saya pribadi belum pernah menemukan panduan yang prinsip tentang hal ini. Setahu saya sewaktu kuliah dulu, yang terpenting bayi dimandikan untuk menjaga kebersihan badannya, dan bayi dipaparkan dibawah sinar matahari pagi antara jam 7-9 pagi untuk kesehatan tulangnya. Perihal yang mana yang dilakukan lebih dahulu, bukanlah suatu hal yang prinsip, tinggal disesuaikan saja dengan kebutuhan dan kondisi bayi.


Cerita saya: saya pribadi lebih memilih untuk menjemur bayi terlebih dahulu baru kemudian memandikannya. Alasannya karena bayi saya mudah sekali berkeringat dan biang keringat. Jadi sebelum dia tidur, saya pastikan tubuhnya telah mandi dan bersih dari keringat. Untuk masalah vitamin yang hilang, menurut saya bayi bukanlah sayuran yang jika dicuci dengan air maka vitaminnya akan hilang. 


#19. Menjemur pakaian bayi terlalu sore




Mitos: menjemur pakaian bayi menjelang maghrib akan menyebabkan bayi sakit perut.

Rasional: sakit perut pada bayi bukan disebabkan oleh pakaian yang dijemur di sore hari, tetapi karena adanya kuman penyakit yang masuk melalui makanan yang tidak higienis (diare) atau paparan suhu dingin (kram).

Cerita saya: saya menjemur pakaian bayi kapan pun ada kesempatan. Bisa pagi, siang, sore, atau malam hari. Karena menjadi ibu baru tanpa asisten rumah tangga membuat saya sangat sibuk dan harus pandai-pandai memanfaatkan waktu yang ada. Seringkali saya begadang di malam hari untuk membujuk bayi yang rewel dan paginya saya sangat mengantuk. Baru di sore hari saya berkesempatan untuk mencuci pakaian bayi dan menjemurnya. Yang jelas, saya selalu menyetrika pakaian bayi agar kuman-kuman mati dan pakaian menjadi rapi sehingga nyaman saat dipakai. Alhamdulillah sobat blogger, selama 2,5 tahun usianya, hanya sekali anak saya mengalami diare, sewaktu usia 16 bulan, itu pun penyebabnya karena salah makan, bukan karena pakaian.

#20. Mengurut batang hidung bayi dengan air pipis



Mitos: mengurut batang hidung bayi dengan air pipis si bayi, akan membuat hidungnya mancung.

Rasional: bentuk hidung setiap individu sudah ada cetakannya berdasarkan genetika. Jika orang tuanya berhidung mancung, maka besar kemungkinan keturunannya juga memiliki bentuk hidung yang sama. Pada umumnya bayi baru lahir memang nampak seperti berhidung "pesek" karena ia mesti menyesuaikan dengan kondisi jalan lahir. Namun seiring berjalannya waktu, tulang hidung si bayi akan tumbuh dan memiliki hidung yang mirip dengan hidung orang tuanya. Air pipis juga mengandung zat-zat buangan tubuh yang dikhawatirkan akan mengiritasi wajah bayi.

Cerita saya: saya membiarkan saja pertumbuhan hidung si bayi sesuai proses alaminya. Sekarang mulai terlihat bahwa bentuk hidungnya adalah perpaduan bentuk hidung ayah dan ibunya.

#21. Bayi harus dibedong


Mitos: bayi harus dibedong agar kakinya tidak bengkok.

Rasional: bentuk kaki bayi baru lahir memang agak melengkung karena menyesuaikan dengan kondisi di dalam kandungan, tetapi itu normal. Seiring berjalannya waktu, kaki bayi akan perlahan-lahan lurus dan mirip bentuk kaki orang tuanya.

Cerita saya: saya cukup menutup tubuh bayi agar hangat dan nyaman. Kalaupun membedong, biasanya longgar dan memberi keleluasaan kaki bayi untuk bergerak. Biasanya belum setengah jam, bedongan sudah terlepas berantakan, karena bayi saya aktif menendang-nendang. Hehehe...

Demikianlah...




Banyak juga ya, mitos-mitos yang saya jumpai di sekeliling saya selama proses hail, melahirkan, nifas, menyusui, dan merawat bayi. Semua mitos tersebut harus saya hadapi satu per satu dengan bijak. Agar semua pihak merasa senang dan dihargai. Namun yang terpenting dari itu semua adalah kesehatan ibu dan bayi. Semoga kita dapat pandai-pandai memprioritaskan, mana yang harus lebih didahulukan.

Adakah sobat yang ingin berbagi cerita tentang mitos-mitos kesehatan yang ada di sekeliling sobat blogger sekalian?




Rabu, 25 Januari 2017

PUISI UNTUK SEJAWAT

Saat engkau sakit
Dan lemah tak berdaya
Ada sosok yang selalu setia...
Menemanimu
Menjagamu
Mengawasi keadaanmu
Mendengarkan keluh-kesahmu
Menyemangatimu
Menyuapimu
Membersihkan tubuhmu
Membantumu berpakaian dan berdandan rapi
Menjaga auratmu
Membantumu ke kamar mandi
Merawat lukamu
Meringankan nyerimu
Membimbing dan mengajarimu
Peduli padamu...
Dia bisa menjadi ibumu, ayahmu, kakakmu, adikmu, anakmu, cucumu, sahabatmu
Dialah perawat sejati

Selasa, 24 Januari 2017

10 PROFESI YANG BISA DIJALANI OLEH LULUSAN KEPERAWATAN



Ilustrasi untuk pendidikan keperawatan. Sumber: Google Images.

Hallo sobat blogger!

Memiliki ilmu keperawatan adalah suatu berkah. Karena ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara merawat kesehatan manusia dengan baik, dari aspek biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual semenjak individu masih berada dalam kandungan hingga wafat ini benar-benar bermanfaat. 

Keperawatan mendorong setiap orang untuk mandiri dalam memelihara kesehatannya. Keperawatan juga mendukung kehidupan manusia agar mencapai level optimal, dari sudut pandang kesehatan. Keperawatan bisa bekerja pada sekup individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat.

Segala upaya yang sifatnya meningkatkan kesehatan (promotif), mencegah penyakit (preventif), merawat orang sakit (karatif), dan memulihkan kesehatan (rehabilitatif), yang bukan menggunakan obat-obatan atau pembedahan, termasuk dalam area keperawatan. 

Setelah lulus dari pendidikan keperawatan, seorang lulusan keperawatan bisa mengabdi di berbagai lini keperawatan. Karena profesi keperawatan itu sendiri cukup kompleks dan membutuhkan personel di berbagai sisi yang bisa melengkapi pelayanan keperawatan secara menyeluruh.

Berikut adalah beberapa profesi yang bisa diambil oleh seorang perawat untuk mengabdikan dirinya.

1. Perawat Klinisi / Praktisi



Perawat di ruangan kritis dengan seragam khasnya.

Ini adalah lahan garap keperawatan yang paling umum dan paling dikenal oleh masyarakat. Biasanya para perawat ini bekerja dalam setting rumah sakit atau rumah bersalin. Mereka memakai seragam khas perawat, sesuai dengan ketentuan rumah sakit dan ruangannya. 

Kita mengenal perawat klinisi/praktisi sebagai perawat IGD, perawat ICU, perawat ruang bedah, perawat ruangan, perawat anak, perawat maternitas, atau perawat RSJ. Biasanya jenjang pendidikan mereka adalah D3 atau S1. Sementara S2 untuk kepala-kepala ruangan keperawatan.

Tugasnya adalah merawat pasien yang sudah dalam kondisi sakit dan membantu klien memenuhi kebutuhan dasarnya, serta mendukung klien ke arah kesembuhan.

2. Perawat Komunitas


Perawat Home Care yang datang untuk kunjungan rumah.

Perawat komunitas sebenarnya adalah perawat klinisi, namun lahan garapnya di luar rumah sakit, atau tepatnya di tengah-tengah masyarakat. Contohnya adalah perawat klinik, perawat puskesmas, perawat yang membuka praktik mandiri keperawatan, dan perawat klinik home care.

Mereka juga memiliki seragam formal yang khas, namun bukan seragam seperti di ruangan bedah. Keterampilan klinis mereka sama dengan keterampilan perawat klinis di rumah sakit, namun biasanya karena keterbatasan alat dan sumber daya, mereka hanya menangani kasus-kasus yang sederhana. Untuk kasus yang sulit, biasanya pasien akan dirujuk ke rumah sakit. Biasanya jenjang pendidikan mereka adalah D3 atau S1. 

Ciri khas dari perawat komunitas adalah lebih dekat dengan masyarakat. Pendekatan yang mereka lakukan juga pendekatan yang lebih merangkul masyarakat, bukan individu. Contoh: program penyuluhan ke desa-desa, pelayanan home care yang juga mengajarkan perawatan luka kepada anggota keluarga, dll.

3. Dosen Perguruan Tinggi Keperawatan


Dosen keperawatan sedang mengajar di kelas.

Tuntutan akan kebutuhan perawat yang berpendidikan tinggi, juga meningkatkan kebutuhan akan dosen-dosen keperawatan yang mengajar calon-calon perawat di kampus keperawatan. Bisa perguruan tinggi negeri atau pun swasta.

Tugas mereka layaknya guru, yaitu mengajar, membuat silabus, membuat soal ujian, melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Biasanya jenjang pendidikan seorang dosen keperawatan adalah S2 dan S3.

4. Perawat Pengusaha


Perawat daycare bersama anak-anak yang dititipkan oleh orang tuanya.

Ini adalah perawat yang mendirikan badan usaha sendiri yang bergerak di bidang keperawatan. Contoh: pemilik daycare/tempat penitipan anak, pemilik panti jompo, pemilik usaha jasa penyediaan babby sitter/nanny/governess.

Di Indonesia, biasanya pemilik usaha-usaha ini bukanlah seorang perawat, melainkan orang umum yang memiliki minat di bidang tersebut. Padahal, dilihat dari aspek keilmuan, bidang-bidang usaha tersebut adalah area garapan ilmu keperawatan.

Mungkin ada rekan sejawat yang tertarik untuk menggarap area bisnis ini?

5. Perawat Penulis


Perawat penulis yang konsisten menulis.

Ini adalah insan perawat yang giat mempublikasikan tulisan-tulisan terkait perkembangan keilmuan keperawatan atau pun perkembangan profesi keperawatan. Tulisan yang dibuat bisa berupa tips, panduan, artikel, essay, ataupun buku.

Tulisan-tulisan ini dapat dipublikasikan melalui surat kabar, majalah, media online, atau pun penerbit buku. Tulisan tentang kesehatan dan keperawatan yang dipublikasikan ini akan memberi manfaat yang luas bagi masyarakat.

6. Editor Buku-Buku Kesehatan


Perawat editor yang akrab dengan buku-buku kesehatan.

Editor atau orang yang menyunting kata-kata dalam sebuah buku yang baru akan diterbitkan memiliki peran yang penting. Seorang editor bertanggung jawab agar isi buku bisa tersampaikan kepada pembaca dengan jelas tanpa kesalahan ejaan atau kalimat, sesuai dengan apa yang dimaksud oleh penulisnya. Editor kadang bisa melakukan pekerjaannya dari rumah.

Perawat editor sangat diperlukan, terutama untuk membantu proses penyuntingan buku-buku keperawatan, baik buku-buku keperawatan berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa asing yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

7. Perawat Politisi



Ilustrasi: Perawat politisi di parlemen

Banyaknya jumlah perawat dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya membuat suara perawat harus terwakili dalam parlemen. Banyak sekali aspirasi yang ingin disampaikan oleh perawat terkait nasibnya sebagai tenaga kesehatan yang harus dilindungi undang-undang. Untuk menyampaikan aspirasinya tersebut kepada pemerintah, perlu ada perwakilan perawat yang duduk di parlemen menjadi wakil rakyat, untuk membela hak-hak perawat dan memperjuangkan kesejahteraannya.

8. Perawat Birokrat


Ilustrasi: Perawat birokrat di Dinas Kesehatan

Perawat birokrat dapat diartikan sebagai perawat yang bertugas di dinas kesehatan secara struktural. Tugasnya untuk melakukan pembinaan, pengawasan, perizinan, dan lain-lain terkait pelayanan kesehatan di masyarakat. 

9. Perawat Konsultan



Perawat konsultan yang juga memiliki keahlian di bidang lain.

Semakin kompleksnya permasalahan dan tantangan di dunia keperawatan saat ini, menuntut bidang keperawatan juga memiliki ahli di berbagai bidang yang lain, seperti bidang hukum atau bahasa asing. 

Banyaknya kasus-kasus hukum yang menimpa rekan-rekan perawat di seluruh Indonesia, membutuhkan pendampingan hukum dari seseorang yang paham akan ilmu hukum sekaligus ilmu keperawatan, sehingga ia bisa dimintai pendapatnya dalam penyelesaian masalah terkait hukum. 

Di era global sekarang, banyak perawat yang berminat bekerja ke luar negeri. Kondisi ini membuat bidang profesi keperawatan membutuhkan seorang konsultan bahasa yang mahir berbahasa asing sekaligus paham tentang dunia keperawatan.

10. Perawat di Perusahaan Asuransi Kesehatan


Ilustrasi: Perawat yang bertugas di perusahaan asuransi.

Tingginya biaya dan risiko kesehatan saat ini membuat banyak orang merasa membutuhkan asuransi untuk menjamin biaya kesehatannya. Perawat yang bekerja di asuransi bertugas untuk menganalisis dan memutuskan apakah seorang klien layak untuk diberi klaim jaminan asuransi. Hal ini tentu dengan melihat berbagai aspek seperti diagnosis penyakit, rumah sakit tempat dirawat, kelas kamar, dan lain-lain.

Ibu dan ayah yang profesional...

Anggota keluarga dari berbagai usia lengkap dengan permasalahan kesehatannya masing-masing.

Oya, jangan lupa sobat blogger, ilmu keperawatan yang sangat bermanfaat itu jangan sampai hanya diamalkan kepada klien atau pasien saja. Setiap perawat juga harus bisa memanfaatkan ilmunya bagi diri sendiri dan keluarganya. Profesi yang tidak kalah mulia adalah saat seorang perawat juga mampu menjadi perawat yang baik bagi keluarganya. Menjadi ayah dan ibu yang baik bagi anaknya, menjadi anak yang baik bagi orang tuanya, dan menjadi sahabat yang baik bagi kawan-kawannya.

Karena keperawatan bukan hanya sebatas karir di dalam gedung, tetapi keperawatan itu seluas hidup manusia dan sepanjang rentang kehidupan manusia itu sendiri. Menjadi insan yang peduli dan bermanfaat bagi orang lain juga adalah prinsip keperawatan.

Selamat berkiprah!