Orchard... Orchard...
Apakah itu nama seorang pria tampan?
Bukan.
Itu adalah nama seekor anjing ras maltese, milik tiga saudari Davina, Davita, dan Davira ( murid-murid les privat saya dulu ), yang dihadiahkan oleh ibu mereka.
Tiga saudari itu sangat menyayangi si kecil Orchard sepenuh hati. Saya ingat ketika dulu masih mengajar les, Orchard yang lucu itu selalu menyalak-nyalak kegirangan kalau saya datang, dan akhirnya digiring masuk kandang sebelum pelajaran dimulai. Karena suara salakannya sangat mengganggu konsentrasi belajar.
Setiap hari, tiga saudari itu secara cermat mengurus Orchard. Mereka bergantian memberi makan, memandikan, mengeringkan, membersihkan kotoran, membersihkan kandang, menggendong, mengajak main, dan mengajak Orchard jalan-jalan keliling komplek.
Orchard bak raja minyak yang berjalan diiringi gadis-gadis cantik nan rupawan yang begitu menyayanginya.
Setiap hari, tiga saudari itu secara cermat mengurus Orchard. Mereka bergantian memberi makan, memandikan, mengeringkan, membersihkan kotoran, membersihkan kandang, menggendong, mengajak main, dan mengajak Orchard jalan-jalan keliling komplek.
Orchard bak raja minyak yang berjalan diiringi gadis-gadis cantik nan rupawan yang begitu menyayanginya.
Lalu... ada apa dengan Orchard?
Ada apa gerangan?
Chatt saya dengan Davita via whatsapp ini menjawab semuanya.
Kak Viraa... Orchard mati, Kak!
Heuheuheuu...( emoticon menangis )
Dia mati karena sedih mau ditinggalin Davira kuliah di Seattle
Karena tiap hari kan selalu Davira yang take care dia
Aku sama Davina kan ngekos...
Dia enggak pake sakit dulu, Kak
Dia cuma enggak mau makan, trus lemes perlahan-lahan
Dan akhirnya mati, Kaaakk!!!
Aku sedih banget, kita semua nangis... ( emoticon menangis )
Mama yang paling sedih, karena semenjak kita udah pada gede..kan jarang di rumah
Jadi Orchard yang selalu nemenin mama...
Ini kita semua masih di luar ( negeri )...
Enggak tau deh kalo udah pulang ke rumah...
Mungkin kita bisa nangis lagi, Kaakk!
Sedihnya tuh, dia mati pas kita lagi enggak di rumah, Kak
Jadinya Opa yang nguburin...
Hiks..hiks...hiks... ( emoticon menangis )
Itulah sepenggal isi chatt dari Davita
Intinya mereka sekeluarga tengah amat bersedih karena anjing kesayangan mereka mati. Sedemikian sayangnya mereka pada Orchard sehingga kematian Orchard membuat mereka sangat sedih dan kehilangan.
Mencoba membandingkan
Orchard bukanlah manusia. Dia hanya seekor anjing peliharaan. Tetapi murid-murid saya begitu menyayanginya seperti anggota keluarga sendiri.
Seketika teringat oleh saya bagaimana di dalam kehidupan ini banyak anak manusia disia-siakan. Bayi-bayi dibuang di selokan atau tempat sampah, anak-anak dilecehkan, dirusak masa depannya, dianiaya, bahkan dibunuh bagai tak bermartabat. Naudzubillah...
Dahulu saya tak habis pikir, bagaimana mungkin bisa ada komunitas orang-orang pecinta hewan. Bagaimana mungkin ada orang yang mencintai hewan sedemikian rupa hingga menghabiskan dana yang tidak sedikit. Sekilas bagi saya tampak mubazir.
Namun setelah saya renungkan lagi, ditambah dengan kejadian nyata di depan mata, tentang kakak-beradik yang saya kenal baik sebagai penyayang binatang, akhirnya saya mengerti. Orang-orang ini hadir membawa hikmah. Menjadi bahan renungan bagi yang sampai detik ini masih belum pandai menyayangi sesama manusia.
Seharusnya kita belajar dari mereka. Mereka bisa menyayangi hewan dengan segenap hati dan memberikan apa yang mereka punya. Lalu mengapa kita tidak melakukan hal yang sudah seharusnya kita lakukan kepada anak-anak kita, orang tua kita, dan sesama manusia? Padahal mereka jauh lebih berharga.
Based on the True Story. Thanks for my beloved students, Davina, Davita, and Davira.
Intinya mereka sekeluarga tengah amat bersedih karena anjing kesayangan mereka mati. Sedemikian sayangnya mereka pada Orchard sehingga kematian Orchard membuat mereka sangat sedih dan kehilangan.
Mencoba membandingkan
Orchard bukanlah manusia. Dia hanya seekor anjing peliharaan. Tetapi murid-murid saya begitu menyayanginya seperti anggota keluarga sendiri.
Seketika teringat oleh saya bagaimana di dalam kehidupan ini banyak anak manusia disia-siakan. Bayi-bayi dibuang di selokan atau tempat sampah, anak-anak dilecehkan, dirusak masa depannya, dianiaya, bahkan dibunuh bagai tak bermartabat. Naudzubillah...
Dahulu saya tak habis pikir, bagaimana mungkin bisa ada komunitas orang-orang pecinta hewan. Bagaimana mungkin ada orang yang mencintai hewan sedemikian rupa hingga menghabiskan dana yang tidak sedikit. Sekilas bagi saya tampak mubazir.
Namun setelah saya renungkan lagi, ditambah dengan kejadian nyata di depan mata, tentang kakak-beradik yang saya kenal baik sebagai penyayang binatang, akhirnya saya mengerti. Orang-orang ini hadir membawa hikmah. Menjadi bahan renungan bagi yang sampai detik ini masih belum pandai menyayangi sesama manusia.
Seharusnya kita belajar dari mereka. Mereka bisa menyayangi hewan dengan segenap hati dan memberikan apa yang mereka punya. Lalu mengapa kita tidak melakukan hal yang sudah seharusnya kita lakukan kepada anak-anak kita, orang tua kita, dan sesama manusia? Padahal mereka jauh lebih berharga.
Based on the True Story. Thanks for my beloved students, Davina, Davita, and Davira.
Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya.
BalasHapusSilakan tinggalkan komentar.