Minggu, 22 Januari 2017

10 KARAKTER KHAS PERAWAT





Menjadi seorang perawat yang profesional bukanlah pekerjaan gampang

Begitu banyak syarat yang harus dipenuhi jika seorang perawat ingin tampil profesional dalam bekerja. Bukan hanya pengetahuan yang cukup dan kesehatan yang prima, tetapi juga harus didukung oleh karakter yang cakap.

Karakter-karakter baik ini tidak hadir dalam sekejap 

Butuh waktu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun untuk membentuknya. Itulah mengapa, seseorang yang ingin menjadi perawat hendaknya telah melatih karakter ini jauh-jauh hari semenjak ia berniat untuk menjadi seorang perawat.

Berikut adalah 10 karakter khas yang wajib dimiliki perawat:

1. Sabar

Sudah bukan rahasia lagi kalau profesi keperawatan sangat membutuhkan kesabaran. Merawat orang sakit yang perasaannya sangat sensitif adalah pekerjaan yang membutuhkan kesabaran ekstra. Keluhan, rintihan, tangisan, kemarahan, atau keputusasaan dari pasien dan keluarganya harus dihadapi dengan penuh kesabaran. 

Padahal mungkin di sisi lain perawat juga sedang memiliki masalah sendiri. Tetapi di hadapan pasien, perawat harus mampu memprioritaskan kepentingan pasiennya dari pada kepentingannya sendiri. 

Seorang guru saya di fakultas keperawatan pernah berkata, “ Kata orang kesabaran itu ada batasnya, tetapi bagi saya tidak, kesabaran itu tidak ada batasnya.”. Mungkin para perawat bisa mengingat kata-kata guru saya ini ketika merasa mulai kehabisan kesabaran.

2. Telaten

Tidak bisa dibayangkan jika seorang perawat tidak telaten merawat pasiennya. Mungkin yang didapat adalah hasil balutan yang tidak tertutup sempurna, hasil mandi yang masih meninggalkan kotoran di tempat-tempat yang sulit dijangkau, atau justru pasien jarang menghabiskan porsi makannya.

Ketelatenan dalam merawat klien mutlak diperlukan karena keperawatan bukan hanya sebuah ilmu, tapi juga sebuah seni. Tidak ada hasil seni yang terbaik di dunia, termasuk seni merawat pasien, yang dikerjakan tanpa ketelatenan sang seniman.

3. Teliti

Menghitung tetesan infus, memastikan pemberian obat sesuai resep, mengingat jadwal kapan pasien harus cek ke ruangan lain, kapan pasien harus diambil darah dan berapa banyaknya, adalah beberapa contoh hal detail yang tidak boleh luput dari ketelitian seorang perawat.

Salah hitung tetesan infus, salah lihat dosis obat, salah jadwal, salah ambil bahan pemeriksaan, akibatnya bisa diprediksi, keburukan yang terjadi pada pasien. Bahkan akibat yang paling fatal adalah hilangnya nyawa pasien. Tentu ini sama sekali tidak kita inginkan.

4. Peka

Kepekaan dalam melihat masalah kesehatan dan keperawatan harus dimiliki oleh seorang perawat. Bagaimana seorang perawat harus mampu membaca tanda dan gejala yang tampak di diri pasien, meskipun kadang pasien tidak mengungkapkannya. Kepekaan yang tinggi akan menyelamatkan banyak pasien karena masalah telah terdeteksi secara dini sebelum masalahnya menjadi gawat.

Peka juga dapat diartikan sebagai peka pada budaya dan latar belakang yang dimiliki klien atau pasien. Sehingga asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien atau pasien adalah asuhan keperawatan yang holistik, yaitu utuh menyeluruh, meliputi seluruh aspek dari diri manusia.

5. Peduli

Akar dari profesi keperawatan adalah naluri keibuan. Naluri seorang ibu adalah menjaga anaknya. Jika diterjemahkan kepada profesi keperawatan, maka bisa diartikan sebagai kepedulian seorang perawat akan nasib atau kondisi kesehatan pasiennya.

Perawat yang bekerja dengan hatinya tidak mungkin cuek saat pasiennya kelaparan, kehausan, merasa nyeri, merasa ingin buang air, tidak bisa berjalan sendiri, dan merasa sedih. Perawat yang peduli akan datang membantu pemenuhan kebutuhan dasar kliennya dan memberikan solusi atas masalah keperawatan kliennya.

6. Ramah

Pernahkah sobat mendengar frasa “perawat judes”? Dan tahukah sobat bahwa selama lima tahun saya menuntut ilmu keperawatan dulu, tidak pernah ada satu bab pun dari bahan ajar keperawatan, yang mengajarkan kami untuk judes dan tidak ramah pada pasien.

Kalau menurut saya, kejadian perawat judes itu dilakukan oleh oknum perawat. Dan kemungkinan ada berbagai hal yang melatarbelakangi sampai perawat bisa menjadi judes. Untuk mengungkap penyebabnya, saya pikir membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Yang jelas, untuk sebuah pekerjaan di bidang jasa, apa pun itu, terlebih jasa yang melayani orang sakit yang sedang sensitif emosinya, keramahan adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar. Seringkali keramahan perawat justru yang mempercepat kesembuhan pasien, bahkan sebelum obat dari dokter dihabiskan.

7. Terbuka

Bekerja melayani klien yang berasal dari berbagai latar belakang usia, pendidikan, status sosial, ekonomi, suku, agama, bangsa, dan budaya, mutlak harus terbuka pada keberagaman.

Perawat tidak bisa bersikap dan berpikiran tertutup pada pasien yang memiliki nilai-nilai berbeda dengan yang dianut oleh perawat. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memberikan asuhan yang sesuai dengan keilmuannya dan juga selaras dengan nilai-nilai yang dianut kliennya.

Ada sebuah teori dalam ilmu keperawatan yang dicetuskan oleh Madelaine Leininger, seorang  doktor keperawatan, yaitu teori keperawatan lintas budaya, dimana setiap perawat harus memberikan asuhan keperawatan tanpa mengesampingkan aspek budaya dari kliennya. Intinya, asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat haruslah peka budaya.

8. Kreatif

Pernahkah terpikir oleh sobat bahwa kondisi di lapangan seringkali tak seindah teori? Perawat sangat ingin memberikan asuhan keperawatan yang terbaik kepada kliennya, namun fasilitasnya tidak ada, alat-alatnya terbatas, bahan-bahannya terbatas. 

Lalu, sebagai perawat yang baik, apa yang harus dilakukan?

Tidak ada jalan lain kecuali menjadi kreatif. Kreatif menggunakan dan memodifikasi sumber daya yang ada untuk kesembuhan atau optimalitas kesehatan pasien. Mungkin perawat bisa menyulap selang infus bekas menjadi torniquet untuk membendung aliran darah, atau menggunakan kantung plastik bening untuk menggantikan plastik stoma yang mahal, atau membuat poster sendiri saat akan penyuluhan di desa terpencil. 

Jujur saja, setiap perawat pasti pernah mengalaminya, bukan?

9. Asertif

Bekerja satu tim dengan personel yang lain dari berbagai disiplin keilmuan, membutuhkan sikap asertif agar dalam suatu masalah didapatkan satu kesepakatan dan menghindari kesalahpahaman sekecil apa pun.

Secara sederhana, asertif dapat dianalogikan seperti menarik sehelai rambut dari dalam tepung. Rambutnya berhasil keluar, tapi susunan tepungnya tidak rusak. Artinya perawat berhasil menyampaikan pendapat dan pandangannya tentang suatu hal tanpa menyinggung perasaan pihak lain.

10. Komunikatif

Komunikatif dapat diartikan sebagai kecakapan dalam menyampaikan pesan sehingga pesan itu dapat dimengerti oleh orang yang menerima pesan. 

Seorang perawat yang bekerja dengan banyak orang setiap harinya haruslah komunikatif. Terutama saat perawat memberi pendidikan kesehatan kepada kliennya, penjelasan perawat harus mudah dipahami dan diterapkan oleh klien.

Seorang perawat juga harus pandai menyampaikan pesannya kepada rekan sejawat dan profesi kesehatan yang lain, agar tercipta hubungan kerja yang harmonis dan kerja sama yang berkualitas.

Hmmm... tidak mudah ya... 

Oleh karena tidak mudahnya, maka setiap perawat yang cakap dan profesional, layak mendapatkan penghargaan dan penghormatan yang tinggi.

Itulah 10 karakter khas perawat yang harus ada dalam diri setiap perawat. Semoga semua yang telah dilakukan oleh seorang perawat yang profesional bisa bermanfaat bagi sekelilingnya dan bisa menjadi tabungan pahala bagi sang perawat di akhirat nanti. Amin.

Salam keperawatan

3 komentar:

  1. Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya.
    Silakan tinggalkan komentar.
    nurseelvira.blogspot.com

    BalasHapus
  2. terimakasih kak buat artikelnya yang sangat bermanfaat ini. kebetulan saya juga mahasiswa keperawatan yang sedang belajar menjadi perawat yang sepantasnya :)

    BalasHapus