Kamis, 26 Januari 2017

" KEPERAWATAN ITU LUAS, NAK... "




Ujian...

Belakangan ini profesi keperawatan diuji lagi. Perbuatan seseorang yang tidak menghargai profesi keperawatan, terjadi lagi. Disaat keperawatan sedang menyelesaikan banyak PR untuk memajukan profesinya, ada lagi PR tambahan untuk menghadapi pihak-pihak yang tidak menghargai profesi keperawatan.

Nasihat guru, keperawatan itu luas...

Saya jadi teringat nasihat ayahanda dan ibunda guru, dulu sewaktu di Fakultas Keperawatan. " Keperawatan itu luas, Nak. Bukan hanya di rumah sakit. Keperawatan itu seluas hidup manusia dan sepanjang rentang kehidupan. Kalian kembangkanlah sektor-sektor keperawatan yang lain, jangan hanya yang di dalam rumah sakit. Kalian kembangkan daycare-daycare, panti-panti jompo, home care, praktik mandiri keperawatan, dan lain-lain. Masih banyak area keperawatan yang belum tergarap dengan baik. "

Nasib " pulau-pulau terluar "

Menurut saya, nasibnya seperti pulau-pulau terluar Indonesia. Tidak terurus karena perhatian hanya berfokus di pusat, akhirnya diincar dan dicaplok negara lain. Sama dengan area garapan keperawatan yang diluar rumah sakit, saat ini yang mengembangkannya justru bukan perawat, karena perawat lebih banyak yang berfokus di rumah sakit dan pendidikan. Padahal area garapan di luar rumah sakit adalah potensi besar untuk membuktikan kalau perawat adalah sebuah profesi yang mandiri, yang dapat terasa manfaat dan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat.

Perawat yang handal di klinis banyak, tetapi...

Seorang ibunda guru tercinta juga pernah berkata, " Elvira, perawat yang handal di klinis (rumah sakit) itu banyak. Banyak sekali. Tetapi perawat yang mengabdi di pemerintahan, berpengaruh untuk mengambil kebijakan, yang bisa membela dan memperjuangkan nasib sejawat keperawatan lainnya, masih jarang. Begitu juga perawat-perawat yang mau menulis, mewartakan profesi dan kiprahnya di masyarakat, menuliskan jurnal-jurnal hasil penelitian keperawatan, menulis buku-buku keperawatan, walaupun ada yang sudah melakukannya, tetapi tidak banyak."

Memperkuat keperawatan di setiap sisinya

Sekarang baru saya paham, apa makna dari nasihat ayahanda dan ibunda guru dahulu. Keperawatan terlalu kompleks untuk dijalani hanya dari satu sisi. Keperawatan Indonesia harus kuat di berbagai lini. Sisi pendidikan, pelayanan klinis/rumah sakit, praktik mandiri, home care, bisnis-bisnis berbasis keperawatan, hukum, politik, kepenulisan, dan seterusnya, haruslah kuat dan terasa manfaatnya bagi masyarakat. Sehingga kalau sudah kuat posisinya dan terasa manfaatnya di tengah-tengah masyarakat, mungkin orang akan berpikir ulang sebelum melecehkan profesi keperawatan.

Tulisan ini bukan bermaksud untuk mengesampingkan peran rekan-rekan sejawat yang mengabdi di sektor pelayanan klinis atau pendidikan yang memang masih menjadi pilihan pengabdian mayoritas perawat dan yang memang sangat-sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Bukan sama sekali. Karena aspek karatif dan pendidikan adalah aspek yang sangat-sangat penting dalam praktik keperawatan.

Namun saya juga ingin mengingatkan kembali kepada rekan-rekan sejawat, bahwa kita masih punya potongan-potongan lain yang juga tidak kalah penting, yaitu aspek promotif, preventif, dan rehabilitatif, yang juga bagian dari tubuh keperawatan yang sering tidak terjamah. Belum lagi yang berjuang di jalur kebijakan untuk mengadvokasi insan keperawatan, juga tidak kalah penting.

Bisnis keperawatan

Ada juga seorang ayahanda guru yang selalu menyemangati kami untuk mengembangkan bisnis keperawatan atau lebih dikenal dengan nursepreneurship. Saya sangat sependapat. Kita sepakat bahwa perawat wajib hukumnya untuk sejahtera. Perawat untuk mengembangkan profesinya perlu fasilitas. Mereka perlu sekolah lagi, kursus, pelatihan, seminar, membeli komputer, jaringan internet, membeli makanan sehat, membayar sarana oleh raga, refreshing, dan seterusnya.

Role model yang tidak ideal

Mereka adalah role model tentang kesehatan bagi masyarakat. Betapa tidak lucunya jika perawat menyarankan masyarakat untuk makan makanan sehat yang banyak serat, sementara perawatnya sendiri hanya makan seadanya karena tidak mampu membeli buah dan sayur dalam jumlah yang cukup bagi diri dan keluarganya. Betapa tidak serunya ketika perawat menyarankan untuk mengakses info-info kesehatan dari mana saja kepada ibu-ibu, sementara perawatnya sendiri tidak mampu membeli majalah, buku, atau bahkan pulsa untuk kuota internet. Miris.

Menjadi perawat itu memang harus sejahtera kawan, agar bisa menyejahterakan orang lain. Tentu saja kesejahteraan ini JANGAN DIDAPAT DARI UANG PASIEN YANG SAKIT. Masih banyak peluang bisnis keperawatan lain yang bersifat netral dan tidak menambah penderitaan orang lain yang tengah diuji dengan sakit.

Renungan bersama

Mudah-mudahan bisa menjadi renungan para sejawat yang berminat untuk berkiprah diluar kampus dan rumah sakit. Dan semoga bisa menjadi penyemangat bagi para sejawat yang mengabdi di pelayanan rumah sakit dan pendidikan, karena sejawat yang lain akan mem-back up kalian dari berbagai lini. Untuk menjadi satu tubuh keperawatan Indonesia yang kuat.

Entah kapan ini bisa terwujud...

Teriring doa untuk ayahanda dan ibunda guru nun jauh disana. Semoga ayahanda dan ibunda guru selalu dalam keadaan sehat walafiat dan dirahmati Allah. Amin.



- Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku -

2 komentar:

  1. Aamiiin...hidup perawat!!...kembangkan sayap keseluruh negri

    BalasHapus
  2. Aamiiin...hidup perawat!!...kembangkan sayap keseluruh negri

    BalasHapus