Selasa, 24 Januari 2017

PERAWAT, PEMIMPIN, DAN NALURI SEORANG IBU



Sidak Gubernur

Saya sudah menonton video sidak yang dilakukan seorang gubernur ke sebuah RSUD saat perawat sedang dinas malam dan wawancara sang gubernur dengan salah satu stasiun televisi.

Saya pribadi pernah mendapatkan pendidikan keperawatan sampai selesai, pernah menjadi pasien, dan pernah menjadi keluarga pasien. Selama menjadi pasien dan keluarga pasien, saya pun pernah mendapatkan pelayanan yang sangat baik dari tenaga kesehatan (perawat, dokter, bidan, apoteker, gizi) dan juga pernah mendapatkan pelayanan yang sangat buruk dari tenaga kesehatan (perawat, dokter, bidan, apoteker, gizi), hingga akibat yang paling buruk adalah kematian anggota keluarga saya.

Saya memang belum pernah menjadi gubernur, namun saya pernah belajar tentang kepemimpinan dan manajemen, serta pernah merasakan dipimpin oleh pemimpin yang baik dan yang buruk.

Dengan kata lain, saya sebagai masyarakat biasa, berusaha melihat permasalahan ini dengan sejernih-jernihnya dan mengambil posisi senetral-netralnya tanpa memihak, kecuali kepada kebenaran dan kepatutan.

Pertama : Perawat Tidur

Soal tenaga kesehatan, khususnya perawat, yang dilaporkan oleh Bapak Gubernur, tidur saat bertugas dan meninggalkan meja jaga dalam kondisi kosong.

Sampai detik ini, informasi yang saya dapatkan masih simpang siur, tentang bagaimana fakta yang terjadi pada malam itu. Saya sebagai masyarakat sebenarnya sangat menunggu-nunggu klarifikasi dari pihak yang berwenang, tentang fakta sebenarnya yang terjadi. Bukan hanya tampilan gambar dan adegan pada video, tetapi bagaimana jalan cerita aslinya, yang dituturkan oleh para saksi dan pejabat berwenang yang hadir saat sidak.

Tetapi baiklah, sambil menunggu klarifikasi tersebut, saya akan tetap membahasnya. Seandainya dari hasil investigasi didapatkan hasil bahwa perawat memang bersalah, saya kira sudah sepantasnya jika perawat yang bersangkutan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Namun jika ternyata didapatkan hasil bahwa perawat tidak bersalah, dimohon kepada Bapak Gubernur untuk meminta maaf kepada insan perawat di seluruh Indonesia dan kembali memulihkan nama baik para perawat yang telah dirugikan.

Kedua : Aduan Masyarakat

Soal aduan dari masyarakat tentang kinerja petugas kesehatan yang buruk di rumah sakit tersebut.

Pernahkah bapak meminta klarifikasi dari pihak tenaga kesehatan? tentang apa yang terjadi di rumah sakit, apa yang menjadi kendala bagi mereka, apa yang menjadi hambatan sehingga masyarakat banyak yang mengeluh?

Maksud saya tentu untuk membuat data menjadi obyektif, berimbang, dan lengkap. Tidak hanya mendengar laporan dari satu pihak, tetapi dari berbagai pihak. Sebagai pemimpin tentu harus mampu berdiri di tengah-tengah, menjadi pengayom bagi semua pihak, karena semuanya rakyat Bapak juga. Jangan sampai dengan alasan untuk membela satu pihak tetapi malah menyakiti pihak yang lain.

Ketiga : Cara Menegur Perawat

Soal cara bapak melakukan sidak dengan marah-marah, membentak kasar, menendang tempat sampah, dan membawa serta wartawan.

Sebagai masyarakat, saya melihat hal itu adalah cara menegur staf yang sangat tidak elok. Saya sedih sekali melihat rekan saya perawat, diperlakukan secara tidak hormat. Kalau pun mereka bersalah, tentu ada cara dan aturannya untuk menegur staf di lembaga formal. Tentu untuk hal ini Bapak sebagai birokrat lebih paham dari saya yang hanya masyarakat biasa. Mereka perawat yang punya atasan dan penanggung jawab. Mereka punya organisasi profesi. Mereka mengenyam pendidikan tinggi dan berkomitmen pada kesehatan masyarakat Indonesia. Tidak sepantasnya Bapak menegur dan memperlakukan mereka seperti orang yang tidak bermartabat.

Sebagai orang timur yang penuh dengan kearifan lokal, kita mengenal pepatah, bagaikan menarik sehelai rambut dari dalam tepung. Bagaimana caranya agar rambut terambil, tetapi tidak membuat tepung berantakan. Bagaimana caranya agar Bapak dapat menegur orang dan memperbaiki sistem yang salah, tetapi tanpa mempermalukan yang bersangkutan.

Terpidana 20 tahun penjara karena kasus pembunuhan berencana saja punya rasa malu saat persidangannya disiarkan, dan tetap harus diperhatikan hak-haknya, apalagi perawat yang sedang bertugas di hadapan para pasiennya.

Ini sama saja seperti mempermalukan guru di depan para muridnya, atau mempermalukan komandan di depan pasukannya. Di bangsal, perawat itulah yang bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarganya serta memberi arahan tentang kesehatan. Masak Bapak sampai hati menjatuhkan harga diri mereka?

Mereka bukan perampok, pembunuh, atau bandar narkoba. Mereka didapati bukan sedang minum-minuman keras atau pesta narkoba. Mereka sedang tidur yang dorongan dasarnya semata-mata adalah kebutuhan dasar manusia. Kalau pun itu Bapak anggap salah, tetap bukan seperti itu caranya menegur staf yang salah.

Sebagai pemimpin, tentu Bapak memiliki kelebihan dari kami, masyarakat awam. Ketika masyarakat awam sangat emosional menyaksikan suatu hal, seharusnya pemimpin bisa mengendalikan emosinya jauh lebih baik dari masyarakat awam. Karena untuk kelebihan itulah, kami menghormati pemimpin.

Keempat : Dampak yang Meluas

Soal pernyataan Bapak yang tidak menggeneralisir semua petugas kesehatan. Bahwa Bapak mengapresiasi kinerja yang baik dan menindak tegas kinerja yang buruk.

Pernahkah Bapak ketika mengapresiasi kinerja baik para perawat, juga sambil membawa wartawan sedemikian banyak? Jika belum, semoga bisa menjadi bahan renungan. Jangan hanya keburukan saja yang disiarkan besar-besaran seolah perawat tidak ada jasanya, sedangkan kebaikan tak diperlakukan serupa.

Meskipun Bapak tak berniat menggeneralisir semua perawat buruk, dan hanya mau menegur kinerja perawat di satu rumah sakit saja, bahkan hanya di satu ruangan saja, tapi faktanya gelombang kebencian pada profesi keperawatan sekarang sudah meluas di seluruh Indonesia. Orang-orang mencibir, mencaci, menghina, dan merendahkan profesi keperawatan. Ini adalah dampak dari iringan wartawan yang Bapak izinkan untuk turut serta dalam sidak.

Niat bapak hanya ingin menegur beberapa orang perawat, tapi hasilnya seolah-olah yang bersalah adalah seluruh perawat di Indonesia.

Kelima : Pemberitaan Media

Saya melihat pemberitaan media massa kurang berimbang. Selama ini hanya keterangan dari Bapak Gubernur dan keluarga pasien saja yang dipublikasikan. Klarifikasi dari perawatnya mana? Saya berusaha berpikir positif, mungkin perawat dengan sabar menahan diri untuk berbicara demi menjaga situasi agar tidak bertambah panas. Sehingga dapat lebih fokus bekerja dan merawat pasien. Walau pun sebenarnya klarifikasi tidak harus berarti buruk.


PROFESI KEPERAWATAN LAHIR DARI NALURI SEORANG IBU



Saya pribadi, punya cara yang paling sederhana untuk memandang profesi keperawatan. Profesi ini lahir dari sebuah naluri dasar yang dimiliki manusia. Naluri seorang ibu. Seorang perawat yang merawat pasiennya diartikan sama seperti seorang ibu yang merawat anaknya.

Seorang ibu hanyalah manusia biasa, yang bisa saja berbuat salah dan lupa. Ketika seorang ibu berbuat salah, pantaskah jika kita menghardiknya? Sementara dialah orang yang selama ini menyuapi kita, memandikan kita, mengurus kita saat sakit, menghibur kita di kala nestapa, memapah kita berjalan, dan menyelamatkan nyawa kita…

Tidak ada seorang pun ibu yang berniat jahat pada anaknya, kecuali dia sakit jiwa. Juga tidak ada seorang pun perawat yang berniat jahat kepada pasiennya. Seandainya Bapak sempat merasakan barang sebulan saja bertugas sebagai perawat, saya yakin Bapak pasti tidak akan setega itu memperlakukan perawat, bahkan yang bersalah sekali pun.

Pemimpin adalah teladan bagi masyarakat. Kalau cara pemimpinnya demikian kasar menegur perawat, tidak bisa dibayangkan bagaimana nanti jika masyarakat yang menegur perawat. Sewaktu SD saya mengenal peribahasa “ guru kencing berdiri, murid kencing berlari ”, yang kira-kira maknanya, jika seorang yang dijadikan teladan berbuat sesuatu, maka akan dicontoh oleh orang-orang yang meneladaninya dengan lebih dahsyat lagi.

Intinya, saya hanya tidak setuju dengan cara Bapak menegur perawat saat melakukan sidak. Semoga Allah selalu melindungi kita semua dari perbuatan buruk. Amin. Mohon maaf apabila ada hal yang kurang berkenan.


Elvirayanti Mahyor, S.Kep., Ners.

1 komentar:

  1. Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini.
    Silakan tinggalkan komentar yang positif ya.
    Salam.

    nurseelvira.blogspot.com

    BalasHapus