Kamis, 26 Januari 2017

MITOS-MITOS TENTANG MENJADI SEORANG IBU






Hallo sobat blogger! 

Sewaktu hamil, melahirkan, dan menyusui kemarin, seperti ibu-ibu lainnya, saya pun ekstra hati-hati menjaga kesehatan. Maklumlah, pengalaman pertama. Tapi meskipun saya sangat menjaga kesehatan, bukan berarti saya hidup dalam kondisi serba takut lho yaaa... Kesehatan memang harus dijaga, namun tidak perlu bersikap berlebihan juga. 

Mitos Oh Mitos...

Sebagai orang timur yang sangat sarat dengan kearifan lokal, merupakan hal biasa jika kita hidup ditengah aturan, tabu, pantangan, dan mitos-mitos yang membatasi kita untuk berbuat sesuatu. Mungkin pada zaman dahulu, segala aturan yang dibuat itu bermaksud untuk kebaikan diri kita dan lingkungan. Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, mitos-mitos yang berlaku harus mampu kita cari sisi rasionalnya. Jika terbukti ada sisi rasionalnya, maka boleh kita patuhi. Tetapi jika tidak ada sisi rasionalnya, maka tidak wajib untuk kita patuhi. Apalagi untuk mitos-mitos yang malah akan membahayakan, sebaiknya ditinggalkan.

Selama saya hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui kemarin, juga banyak mitos-mitos yang disampaikan kepada saya. Baik itu disampaikan oleh orang tua, keluarga, teman-teman, maupun para tetangga. Cara penyampaian mitos itu pun beragam. Ada yang disampaikan baik-baik secara pribadi dan tanpa memaksa, ada juga yang disampaikan di tengah kerumunan banyak orang dengan cara yang agak frontal. Tentu dalam menyikapi ini semua kita harus bijak, agar maksud baik orang yang menyampaikan mitos tidak terlukai dengan penolakan kita, seandainya kita tidak setuju.

Ada beberapa mitos seputar kehamilan, melahirkan, dan menyusui yang berhasil saya ingat-ingat dan saya rangkum untuk dibagikan kepada sobat blogger sekalian. Siapa tahu sobat juga menghadapi mitos yang serupa dan mungkin masih bingung dengan rasionalnya. Berikut ini adalah mitos-mitos yang ada di sekeliling saya.

MASA-MASA HAMIL 


#1. Membawa benda tajam



Mitos: ibu hamil harus membawa benda tajam seperti gunting kuku, gunting kecil, atau pisau lipat kecil yang disematkan dalam pakaian, untuk mencegah gangguan makhluk halus pada ibu dan si jabang bayi.

Rasional: Menurut saya, benda-benda tajam tersebut justru membahayakan keselamatan ibu hamil dan janin. Bagaimana kalau seandainya terjadi kecelakaan? Tentu benda-benda itu sangat berisiko melukai ibu hamil dan janinnya.

Cerita saya: Untuk menghindari gangguan makhluk halus, saya pribadi lebih memilih untuk berdoa meminta perlindungan Allah dan menghindari tempat-tempat tertentu yang memiliki energi negatif. Bagaimana saya bisa tahu bahwa tempat tersebut memiliki energi positif atau negatif? Saya hanya mengandalkan intuisi. Kalau perasaan saya nyaman, tenang, atau gembira berada disana, berarti energinya positif, contoh: masjid, toko buku, mall, rumah, sekolah, dll. Tetapi kalau perasaan saya tidak nyaman, cemas, ketakutan, merinding, saat berada disana, berarti energinya negatif, contoh: area pemakaman yang gelap di malam hari, jalanan yang gelap dengan kanan-kiri semak belukar, dan lain-lain. Simpel. Jadi pas hamil kemarin saya tidak memakai ornamen benda tajam seperti yang disarankan. 

#2. Memakai bangle



Mitos: ibu hamil harus memakai bangle yang disematkan pada pakaian dalam, agar terhindar dari gangguan makhluk halus.

Rasional: saya pribadi tidak berhasil menemukan alasan yang rasional antara bangle dengan kemampuannya untuk menolak makhluk halus. 

Cerita saya: sama seperti mitos sebelumnya, saya lebih memilih berdoa meminta perlindungan Allah SWT untuk menjaga saya dan si jabang bayi. Saya pribadi tidak memakai bangle. Saya lebih memprioritaskan efisiensi dan kesederhanaan. Maksudnya tidak usah memakai atribut yang tidak diperlukan dan mencegah ribet. Alhamdulillah anak saya terlahir sehat walafiat dan ibunya juga sehat.

#3. Mengucap amit-amit sambil mengusap-usap perut



Mitos: setiap kali ibu hamil melihat atau mendengar sesuatu yang negatif dan tidak ingin hal tersebut terjadi pada diri maupun bayinya, ibu hamil dianjurkan untuk mengatakan amit-amit sambil mengusap-usap perutnya.

Rasional: Mungkin ini doa dan harapan seorang ibu, agar anaknya terhindar dari segala sesuatu yang buruk. Doa dan harapan agar anak terlahir sehat dan selamat. Sehingga untuk menghindari keburukan yang terjadi, sang ibu mengucapkan amit-amit. Soal mengusap-usap perut, sebenarnya sangat baik dilakukan, karena bisa menjadi salah satu cara berkomunikasi dengan janin.  

Cerita saya: saya pribadi lebih memilih jalur relijius untuk hal ini, seperti berdoa, istighfar,  dan bertasbih kepada Allah untuk menenangkan hati dan memohon hal yang baik bagi diri saya dan si jabang bayi.


#4. Minum air es



Mitos: ibu hamil yang selalu minum air es maka bayinya akan besar.


Rasional: bayi besar lebih banyak disebabkan oleh jumlah gula yang dikonsumsi ibu selama hamil. Minuman manis, camilan manis, camilan berbahan dasar tepung-tepungan memberi kontribusi besar pada kenaikan berat badan ibu dan janin selama kehamilan.


Cerita saya: walaupun air es tidak secara langsung menaikkan berat badan ibu dan janin, namun sebaiknya konsumsinya tetap dibatasi. Karena suhu air es bukanlah suhu yang pas dengan suhu tubuh manusia. Suhu yang dingin di dalam tubuh akan membuat kerja beberapa enzim dan organ yang membutuhkan suhu hangat, menjadi tidak optimal. Jadi sebaiknya ibu hamil tetap mengonsumsi air hangat atau air biasa untuk minum.


#5. Piring besar vs piring kecil




Mitos: beberapa daerah menganjurkan agar ibu hamil makan dalam piring yang kecil agar plasenta bayi berukuran kecil, sehingga mudah untuk melahirkannya. Beberapa daerah lain justru sebaliknya, menganjurkan agar ibu hamil makan dalam piring yang besar agar plasenta bayi berukuran besar, sehingga dapat menghindari kejadian plasenta yang tertinggal di dalam karena berukuran kecil.


Rasional: sebenarnya jumlah porsi dan jenis makanan bergizi yang dikonsumsi ibu hamil jauh lebih penting dari pada ukuran piringnya. Ibu hamil dianjurkan makan 10-25 persen lebih banyak dan lebih sehat dari pada sebelum hamil. 


Cerita saya: saya tidak terlalu mempermasahkan ukuran piring yang saya gunakan. Saya lebih berfokus pada jumlah makanan dan jenis makanan yang saya konsumsi. Pastikan ibu hamil mengonsumsi karbohidrat, buah, sayur, protein nabati, dan protein hewani dalam jumlah yang mencukupi dan jenisnya bervariasi. Susu adalah pilihan, boleh dikonsumsi boleh tidak. Jika ibu hamil telah makan dengan jumlah dan jenis yang baik, maka susu bukanlah keharusan. Lagi pula tidak semua ibu hamil suka minum susu. Untuk sumber kalsium selain susu, ibu hamil bisa mendapatkannya dari sumber lain seperti keju dan ikan teri.


#6. Membenci atau menyukai seseorang



Mitos: jika ibu hamil sangat membenci atau menyukai seseorang, maka anak yang dikandungnya akan mirip dengan orang yang dibenci atau disukai tersebut.

Rasional: Kemiripan seorang anak dengan seseorang, dapat dijelaskan dengan ilmu genetika. Mustahil kalau anak kandung tidak mirip ayah atau ibunya sama sekali, dan malah mirip dengan orang lain. Secara genetik tidak ada hubungannya. Lain halnya jika orang yang mirip itu masih ada hubungan darah, walaupun jauh, masih mungkin untuk mirip. Jadi pada dasarnya, anak kita ya pasti mirip kita, atau paling jauh mirip kakek, nenek, paman, bibi, atau sepupunya yang masih ada hubungan darah.

Cerita saya: Saya tetap mengambil nilai positifnya. Membenci orang, walau bagaimanapun, bukanlah hal yang baik. Jadi hal ini memotivasi saya untuk lebih menyayangi, menghargai, dan menerima orang-orang di sekeliling saya tanpa perasaan negatif. Hal ini juga sambil mengajarkan hal yang sama kepada si buah hati di dalam kandungan, yaitu belajar menyayangi sesama.

#7. Urut hamil




Mitos: memasuki usia kehamilan 7 bulan, ibu hamil sebaiknya diurut perutnya untuk membantu janin berada di posisi yang " seharusnya ", menjelang persalinan.

Rasional: Janin memiliki cara alamiah untuk memosisikan dirinya sendiri di depan jalan lahir ketika mendekati waktu persalinan. Kalaupun bayi sungsang, manuver yang dilakukan bukanlah manuver langsung dari pijatan, melainkan dengan latihan ibu dengan posisi tertentu yang bisa mengubah posisi janin perlahan-lahan. Itulah pentingnya pemeriksaan kehamilan, agar dapat mendeteksi dan mengantisipasi segala sesuatunya dari jauh-jauh hari sehingga penyelesaian masalah tidak dilakukan secara instan.


Cerita saya: saya tidak melakukan urut hamil ini karena merasa tidak membutuhkannya. Apalagi sebelumnya saya pernah keguguran, jadi saya tidak berani memberi manipulasi macam-macam pada perut saya. Saya yakin saja bahwa janin saya pasti berada di posisi yang normal dan seharusnya. Saya pun sudah melakukan serangkaian latihan untuk persiapan persalinan. Jadi saya merasa upaya saya sudah maksimal untuk memosisikan janin tanpa perlu diurut.


#8. Minum minyak




Mitos: ibu hamil dianjurkan minum minyak kelapa murni untuk " melicinkan " jalan lahir sehingga mudah untuk melahirkan.

Rasional: proses persalinan adalah proses alamiah yang segalanya sudah diatur oleh sang pencipta. Termasuk hal yang membuat persalinan tersebut mudah. Lendir persalinan tersedia dengan cukup pada saat proses itu dimulai. Sehingga tidak diperlukan meminum minyak sebagai pelicin jalan lahir.



Cerita saya: saya tidak meminum minyak kelapa, hanya minum air putih, susu, dan jus buah-buahan untuk menjaga kesehatan ibu dan janin. Saya juga melakukan serangkaian persiapan persalinan agar persalinan mudah dan cepat. Alhamdulillah persalinan saya cepat dan mudah.

MASA-MASA MELAHIRKAN


#9. Mengatupkan gigi saat mengejan



Mitos: Saat mengejan untuk melahirkan, sebaiknya gigi atas dan bawah dirapatkan, agar gigi tidak memanjang setelah melahirkan, sehingga nantinya harus dipotong.

Rasional: Saya belum menemukan hubungan antara gigi terbuka saat mengejan dengan pertumbuhan gigi yang memanjang. Yang saya pahami adalah, mengejan dengan gigi terkatup, akan memberikan dorongan yang lebih kuat saat melahirkan. Dibandingkan jika mengejan dengan gigi terbuka apalagi sambil berteriak. Energi ibu justru habis untuk berteriak.

Cerita saya: Pada saat saya melahirkan, saya berusaha untuk mengejan dengan mengatupkan gigi. Namun ada kalanya saat saya tidak terkontrol, saya pun mengejan sambil bersuara juga. Tetapi yang jelas gigi saya tidak memanjang setelah melahirkan ya, sobat blogger.


MASA-MASA NIFAS


#10. Kaki lurus



Mitos: ibu yang habis melahirkan dilarang menekuk lutut, karena akan menyebabkan varises.


Rasional: posisi tubuh yang stagnan atau tidak berubah-ubah, justru kurang baik untuk kelancaran peredaran darah dan kelenturan sendi serta otot. Ibu nifas tentu diperbolehkan mengubah-ubah posisi istirahatnya, sesuai dengan kenyamanannya, asalkan tidak ekstrim tentunya. Contoh gerakan ekstrim adalah tidur dengan posisi janin atau merungkal. Jadi sekedar menekuk kaki beberapa saat untuk menghilangkan pegal diperbolehkan.


Cerita saya: Waduh... yang namanya habis melahirkan itu pegalnya bukan main! Posisi yang paling enak, ya... berbaring sambil mengubah-ubah posisi kaki sesuai dengan kenyamanan saya. Asalkan tidak ekstrim, atau bukan posisi janin (tidur merungkal), saya kira aman-aman saja. Bertahan dengan satu posisi justru akan membuat otot menjadi kaku dan terasa tidak nyaman.


#11. Jangan banyak bergerak



Mitos: ibu nifas jangan banyak bergerak. Banyak beristirahat saja di tempat tidur, agar lekas pulih. 

Rasional: ibu nifas, baik yang melahirkan secara normal maupun caesar, justru dianjurkan untuk mobilisasi dini. Artinya, ibu nifas dianjurkan untuk melakukan pergerakan secara bertahap, untuk memperlancar peredaran darahnya, dan mempercepat pemulihan pasca persalinan. Kondisi imobilisasi atau tidak bergerak justru akan memperlambat pemulihan.


Cerita saya: saya termasuk yang giat mendukung mobilisasi dini pasca persalinan. Alasannya apalagi kalau bukan ingin segera pulih dan bisa mengurus bayi saya sendiri. Pengalaman saya kemarin melahirkan normal, 18 jam setelah melahirkan saya sudah pulang ke rumah. Tentu saja atas izin dan penilaian dari tenaga kesehatan, bukan hanya berdasarkan kemauan saya sendiri. Kemudian hari ke-2 pasca persalinan, saya mulai mengurus dan memandikan bayi saya sendiri. Jadi hanya sekali anak saya dimandikan oleh orang lain, yaitu saat di rumah bersalin. Selebihnya, saya yang merawatnya. Alhamdulillah, hari ke-7 saya sudah bisa pergi ke pasar dan memasak meski belum sepenuhnya pulih. Hal ini karena ibu kandung saya baru selesai dirawat di RS karena serangan jantung dan tidak ada yang bisa merawatnya di rumah selain saya. Dan hari ke-45 saya sudah aktif bekerja kembali. 


#12. Jangan makan ayam




Mitos: setelah melahirkan tidak boleh makan daging ayam, nanti luka perineum akan gatal dan lama sembuhnya.

Rasional: untuk mempercepat penyembuhan luka, ibu nifas membutuhkan asupan protein tinggi. Sumber protein tinggi bisa didapat dari daging ayam, daging sapi, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan. Justru makanan-makanan ini dianjurkan untuk dikonsumsi. Kecuali jika ibu memiliki alergi dengan jenis makanan tertentu, contohnya daging ayam. Itu berarti rasa gatal bukan karena ibu mengonsumsi daging ayam, tetapi memang ibu alergi atau sensitif dengan protein dari daging ayam.



Cerita saya: saya tidak memantang makanan apa pun saat nifas. Kebiasaan makan yang baik saat hamil masih saya lanjutkan untuk persiapan menyusui. 

#13. Minum jamu




Mitos: ibu yang habis melahirkan dianjurkan untuk meminum jamu, agar organ-organ kewanitaan kembali pulih ke kondisi semula.


Rasional: secara alamiah, 6 minggu pasca persalinan, atau biasa disebut masa puerperium atau masa nifas, organ-organ reproduksi telah kembali ke kondisi semula dan tubuh ibu pun telah pulih seperti sedia kala. Jamu mungkin memiliki khasiat yang baik, namun bukan suatu keharusan untuk dikonsumsi. Prinsipnya, ibu nifas hanya dianjurkan mengonsumsi makanan dan minuman yang baik, sehat, dan seimbang gizinya. Hal ini berguna untuk mempercepat pemulihan fisik pasca persalinan dan untuk mempersiapkan produksi ASI.


Cerita saya: pada dasarnya saya bukan penyuka jamu-jamuan dan tidak menyukai hal yang ribet. Jadi membayangkan ada sekotak besar jamu dengan panduan menyeduh tertentu yang harus dijalani selama 40 hari, saya merasa repot sendiri. Hehehe... Jadi saya pribadi lebih memilih minuman susu dan jus buah yang lebih praktis.


#14. Urut nifas





Mitos: ibu nifas dianjurkan untuk diurut keseluruhan tubuh untuk menyegarkan badan dan mengembalikan organ-organ kewanitaan ke kondisi semula.

Rasional: organ-organ reproduksi akan kembali secara alamiah ke kondisi semula dalam waktu 6 minggu pasca persalinan, sehingga pijat tidak dibutuhkan untuk proses tersebut. Namun, pijat sangat bermanfaat untuk relaksasi otot dan pikiran. Sehingga pijat di seluruh tubuh, kecuali bagian organ-organ reproduksi yang kondisinya masih rentan, silakan saja dilakukan untuk kenyamanan ibu.



Cerita saya: saya pribadi sebetulnya tidak pernah pijat seluruh tubuh, karena tidak tahan geli. Namun karena ibu saya terus memaksa, ya sudahlah, saya turuti saja, asalkan bukan di perut, payudara, dan area perineum dan sekitarnya. Jadi hanya di bagian yang umum saja, seperti tangan, kaki, punggung, dan kepala. Hasilnya lumayan, nyaman dan rileks.

#15. Gurita dan stagen






Mitos: ibu nifas harus memakai gurita dan stagen (kain panjang yang dililitkan di sekeliling perut), agar perut nanti tidak gendut dan mengggelambir.

Rasional: pada dasarnya, organ tubuh akan kembali ke bentuk semula, dengan atau tanpa gurita dan stagen. Namun untuk kenyamanan ibu, agar perutnya tidak terasa kendor, boleh-boleh saja digunakan asal tidak terlalu kencang. Hal lain yang tidak kalah penting untuk menjaga bentuk tubuh ibu setelah melahirkan adalah olah raga dan makanan yang dikonsumsi. Jadi perut yang rata kembali bukan semata-mata didapat dari memakai gurita atau stagen.


Cerita saya: karena saya pada dasarnya tidak suka dengan yang repot-repot, jadi saya tidak memakai gurita dan stagen, walaupun ibu saya telah menyiapkannya. Paling kalau saya mau pergi keluar rumah, saya memakai pakaian dalam yang agak ketat semacam celana dalam korset agar perut lebih nyaman. Tidak sampai dua bulan saya sudah bisa memakai celana jeans saya kembali.


MASA-MASA MENYUSUI


#16. Mandi malam dan kehujanan




Mitos: ibu menyusui jangan mandi kemalaman atau kehujanan, nanti air susunya dingin dan anak bisa mencret atau sakit.

Rasional: kondisi ASI selalu prima dalam situasi apa pun. Kandungan gizinya tergantung dari jenis makanan yang ibu makan. Bahkan jika ibu menderita sakit sekalipun, asalkan bukan penyakit yang ditularkan melalui ASI, sebenarnya kondisi ASI tetap baik. Tidak peduli bagaimana suhu lingkungan, suhu ASI tetaplah hangat optimal. Mandi terlalu malam atau kehujanan memang akan lebih mudah membuat ibu yang baru saja melahirkan kedinginan, karena adanya perubahan ekstrim yang baru saja dialami, seperti pengurangan berat badan, pengeluaran darah nifas, dan adanya nyeri pada luka persalinan. Kondisi-kondisi ini membuat tubuh ibu lebih sensitif dan lebih mudah kedinginan atau menggigil jika kontak dengan suhu dingin, namun tidak mempengaruhi kondisi ASI. Tetapi pada ibu menyusui yang telah pulih dari nifas, sensitifitas seperti itu telah jauh berkurang.

Cerita saya: diawal-awal masa nifas, saya memang mudah kedinginan dan menggigil. Saya selalu mandi sore sebelum jam 5 sore untuk menghindari kedinginan dan bukan karena takut ASI menjadi dingin. Di masa menyusui setelah masa nifas selesai, kadang saya terpaksa diguyur hujan di jalan karena pulang kerja naik motor, tetapi alhamdulillah tidak ada masalah. Saya pun terbiasa mandi jam 10 malam untuk menjaga kebersihan sepulang bekerja, dan alhamdulillah tidak ada masalah. Yang jelas saya mandi di malam hari dan kehujanan itu karena kebutuhan dan kondisi darurat, bukan karena disengaja dan dijadikan kebiasaan.

#17. Pare dan pepaya muda




Mitos: ibu menyusui sebaiknya makan masakan pare dan pepaya muda agar mendapatkan ASI yang bagus, putih, dan kental.

Rasional: pare dan pepaya muda termasuk jenis sayuran yang baik bagi kesehatan, begitu juga sayur-mayur lainnya, sehingga harus dikonsumsi secara berganti-ganti agar ibu dan bayi mendapatkan zat gizi yang lengkap. ASI yang berkualitas baik tidak harus berwarna putih dan kental. ASI bisa saja berwarna agak kekuningan atau sedikit bening, terutama diawal-awal menyusui karena mengandung kolostrum. Warna ASI dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi ibu. Jadi ASI yang tidak terlalu putih atau kental, bukan berarti tidak berkualitas. Karena bagaimana pun, sampai sekarang belum ada susu formula yang bisa menandingi zat gizi yang dikandung ASI.

Cerita saya: saya makan apa pun yang baik, termasuk pare dan pepaya muda. Warna ASI saya tidak selalu putih dan kental, tetapi bervariasi, tergantung jenis makanan yang saya konsumsi.


MASA-MASA MERAWAT BAYI


#18. Mandi dulu vs jemur Dulu




Mitos: bayi harus dimandikan dulu, baru dijemur di bawah matahari pagi. Kalau dijemur dulu baru kemudian dimandikan, nanti vitaminnya hilang.

Rasional: saya pribadi belum pernah menemukan panduan yang prinsip tentang hal ini. Setahu saya sewaktu kuliah dulu, yang terpenting bayi dimandikan untuk menjaga kebersihan badannya, dan bayi dipaparkan dibawah sinar matahari pagi antara jam 7-9 pagi untuk kesehatan tulangnya. Perihal yang mana yang dilakukan lebih dahulu, bukanlah suatu hal yang prinsip, tinggal disesuaikan saja dengan kebutuhan dan kondisi bayi.


Cerita saya: saya pribadi lebih memilih untuk menjemur bayi terlebih dahulu baru kemudian memandikannya. Alasannya karena bayi saya mudah sekali berkeringat dan biang keringat. Jadi sebelum dia tidur, saya pastikan tubuhnya telah mandi dan bersih dari keringat. Untuk masalah vitamin yang hilang, menurut saya bayi bukanlah sayuran yang jika dicuci dengan air maka vitaminnya akan hilang. 


#19. Menjemur pakaian bayi terlalu sore




Mitos: menjemur pakaian bayi menjelang maghrib akan menyebabkan bayi sakit perut.

Rasional: sakit perut pada bayi bukan disebabkan oleh pakaian yang dijemur di sore hari, tetapi karena adanya kuman penyakit yang masuk melalui makanan yang tidak higienis (diare) atau paparan suhu dingin (kram).

Cerita saya: saya menjemur pakaian bayi kapan pun ada kesempatan. Bisa pagi, siang, sore, atau malam hari. Karena menjadi ibu baru tanpa asisten rumah tangga membuat saya sangat sibuk dan harus pandai-pandai memanfaatkan waktu yang ada. Seringkali saya begadang di malam hari untuk membujuk bayi yang rewel dan paginya saya sangat mengantuk. Baru di sore hari saya berkesempatan untuk mencuci pakaian bayi dan menjemurnya. Yang jelas, saya selalu menyetrika pakaian bayi agar kuman-kuman mati dan pakaian menjadi rapi sehingga nyaman saat dipakai. Alhamdulillah sobat blogger, selama 2,5 tahun usianya, hanya sekali anak saya mengalami diare, sewaktu usia 16 bulan, itu pun penyebabnya karena salah makan, bukan karena pakaian.

#20. Mengurut batang hidung bayi dengan air pipis



Mitos: mengurut batang hidung bayi dengan air pipis si bayi, akan membuat hidungnya mancung.

Rasional: bentuk hidung setiap individu sudah ada cetakannya berdasarkan genetika. Jika orang tuanya berhidung mancung, maka besar kemungkinan keturunannya juga memiliki bentuk hidung yang sama. Pada umumnya bayi baru lahir memang nampak seperti berhidung "pesek" karena ia mesti menyesuaikan dengan kondisi jalan lahir. Namun seiring berjalannya waktu, tulang hidung si bayi akan tumbuh dan memiliki hidung yang mirip dengan hidung orang tuanya. Air pipis juga mengandung zat-zat buangan tubuh yang dikhawatirkan akan mengiritasi wajah bayi.

Cerita saya: saya membiarkan saja pertumbuhan hidung si bayi sesuai proses alaminya. Sekarang mulai terlihat bahwa bentuk hidungnya adalah perpaduan bentuk hidung ayah dan ibunya.

#21. Bayi harus dibedong


Mitos: bayi harus dibedong agar kakinya tidak bengkok.

Rasional: bentuk kaki bayi baru lahir memang agak melengkung karena menyesuaikan dengan kondisi di dalam kandungan, tetapi itu normal. Seiring berjalannya waktu, kaki bayi akan perlahan-lahan lurus dan mirip bentuk kaki orang tuanya.

Cerita saya: saya cukup menutup tubuh bayi agar hangat dan nyaman. Kalaupun membedong, biasanya longgar dan memberi keleluasaan kaki bayi untuk bergerak. Biasanya belum setengah jam, bedongan sudah terlepas berantakan, karena bayi saya aktif menendang-nendang. Hehehe...

Demikianlah...




Banyak juga ya, mitos-mitos yang saya jumpai di sekeliling saya selama proses hail, melahirkan, nifas, menyusui, dan merawat bayi. Semua mitos tersebut harus saya hadapi satu per satu dengan bijak. Agar semua pihak merasa senang dan dihargai. Namun yang terpenting dari itu semua adalah kesehatan ibu dan bayi. Semoga kita dapat pandai-pandai memprioritaskan, mana yang harus lebih didahulukan.

Adakah sobat yang ingin berbagi cerita tentang mitos-mitos kesehatan yang ada di sekeliling sobat blogger sekalian?




1 komentar:

  1. Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini.
    Silakan tinggalkan komentar yang baik yaa..
    Terimakasih

    BalasHapus